Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala befirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا
وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imron: 105)
Keterangan, Ilmu
, hidayah, sudah suatu hal yang maklum,
bahwa hal-hal tersebut adalah sebab tercapainya persatuan. Namun mengapa
dalam konteks ayat di atas, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa kaum-kaum sebelum umat ini, berselisih setelah datangnya ilmu dan keterangan kepada mereka?
Jawabannya, terang Imam Al Ajurri rahimahullah, dalam kitab Asy-Syari’ah, adalah karena hasad dan perilaku atau sikap melampui batas. Beliau menyatakan,
إن الذي حملهم على الفرقة عن الجماعة، والميل
إلى الباطل الذي نهوا عنه؛ إنما هو البغي والحسد، بعد أن قد علموا ما لم
يعلم غيرهم، فحملهم شدة البغي والحسد إلى أن صاروا قرقا؛ فهلكوا، فحذرنا
مولانا الكريم أن نكون مثلهم، فنهلك كما هلكوا.
“Yang menyebabkan mereka berpecah belah, dari persatuan, dan condong
kepada kebatilan yang mereka telah dilarang untuk mengikutnya,
dikarenakan oleh sikap melampui batas dan hasad. Setelah mereka
mengetahui ilmu, yang belum diketahui oleh orang selain mereka.
Maka yang menyebabkan perpecahan di kalangan mereka adalah
sikap melampui batas dan rasa hasad. Hingga mereka berpecah belah yang
menjadi sebab kehancuran mereka. Oleh karenanya, Allah yang Maha Mulia,
memperingatkan kita agar tidak menjadi seperti mereka. Sehingga kita
binasa sebagaimana kebinasaan yang menimpa mereka” (Asy-Syari’ah, hal: 17).
Dalam ayat lain, Allah berfirman,
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ
مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ
“Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah
datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka.
Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu
dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan,
pastilah mereka telah dibinasakan.” (QS. As-Syuro: 14)
Di sini Tuhan kita mengingatkan, bahwa orang-orang sebelum
kita itu diberi ilmu. Lalu mereka hasad antara satu dengan yang lainnya.
Sampai menyebabkan mereka berpecah belah. Hingga binasa karena
perpecahan. (lihat: Asy-Syari’ah hal: 18).
Memang terbukti dalam kehidupan ini, kita temui perpecahan
yang terjadi di kalangan orang-orang berilmu, disebabkan karena rasa
dengki dan sikap berlebihan atau melanggar aturan Allah. Hasad karena
saudaranya lebih matang ilmunya. Hasad karena saudaranya lebih banyak
mad’unya. Hasad karena saudaranya menjadi saingannya dalam berdakwah di
suatu daerah. Sehingga mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Dari
sini terjadilah perpecahan.
Tidak ada yang salah dari ilmu. Manusialah yang salah.
Kalau bukan karena rasa hasad, tentu ilmu yang mereka bawa akan
mempersatukan mereka dan umat. Namun demikianlah manusia..
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan jahil.” (QS. Al-Ahzab: 72).
Ibnu Abbas menjelaskan,
قال ابن عباس : ظلوما لنفسه جهولا بأمر الله وما احتمل من الأمانة
“Dzolim terhadap dirinya sendiri, jahil terhadap perintah Allah dan amanah yang dipikulkan kepada mereka” (Tafsir Al Baghowi, 4/491).
Ternyata sedemikian bahayanya sifat hasad. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari sifat yang tercela ini.
sumber:muslim.or.id
sumber:muslim.or.id
0 komentar :
Posting Komentar